Membangun Rasa Hormat Pada Anak


Respect was invented to cover the empty place where love should be.” (Leo Tolstoy)
"Respect yourself and others will respect you.” (Confucius)


Sering kita menemukan keadaan di mana anak-anak rebutan mainan kemudian orang dewasa berkata "Ayo main yang baik, saling berbagi" Atau kondisi ketika ada konflik antara kakak dan adik. Seringkali orang tua tanpa sadar berkata "Kakak mengalah dong!" yang kemudian bisa menjadi cap bahwa kakak selalu harus mengalah untuk adik dan adik harus diperlakukan istimewa dalam keluarga. Sebagai orang tua ada guru, kita harus jeli untuk mengamati dan meletakan dasar perlakuan dengan adil. Adil dalam proporsi yang pas antara kakak dan adik atau antara konflik anak satu dengan anak lainnya di dalam kelas.

Membangun respect pada anak sangat penting untuk kehidupannya. Kita juga menemukan fakta sekarang ketiadaan rasa hormat pada apapun yang terjadi. Misalnya siswa yang tidak memiliki rasa hormat pada gurunya. Anak yang tidak memiliki rasa hormat kepada orang tuanya. Ketiadaaan rasa hormat ini juga punya potensi dalam keadaan hilangnya toleransi. Toleransi dalam kehidupan beragama bisa terjadi karena hilangnya rasa hormat dalam diri sejak anak-anak. Anak tidak bisa menghormati perbedaan, anak yang tidak mampu menghargai perbedaan sejak dini. 

Membangun Rasa Hormat Pada Anak (u-gro.com)


Untuk itu, penting sekali untuk kita membangun rasa hormat dalam diri anak-anak dengan demikian harapan terciptanya keharmonisan dalam kehidupan ini bisa tercipta. Ada 4 cara sederhana untuk membangun rasa hormat pada diri anak. 

Inilah 4 cara yang bisa kita lakukan untuk membangun rasa hormat pada diri anak.

1. Berikan Contoh
Dalam filosofi pendidikan waldorf, fase perkembangan anak 0-7 anak mengimitasi orang tua atau gurunya. Penting bagi orang tua dan guru untuk menjadi contoh bagi anak-anak. Maka untuk membangun rasa hormat ini, jadilah teladan yang baik bagi anak dalam menghargai orang lain. Jika orangtua biasa berlaku sopan terhadap orang lain, maka anak akan dengan sendirinya akan mengikuti cara orangtua bergaul. Sebaliknya jika orangtua biasa berkata dan berlaku kasar, anak juga cenderung lebih mudah meniru perilaku tersebut.

2. Bersikap Bijaksana terhadap Anak
Kebijaksanaan sebagai orang tua di mulai dari berpikir dan berakhir di laku atau tindakan. Anak akan mengimitasi kebijaksanaan tersebut yang akan berguna bagi dirinya. Berlakulah bijaksana terhadap anak pada saat anak membuat kesalahan atau melanggar aturan yang disepakati bersama. Hargai pendapat anak dan berikan bimbingan dengan kasih sayang dan welas asih.

3. Bimbing Secara Langsung
Anak di fase 0-7 Tahun sangat membutuhkan bimbingan yang baik. Ia butuh referensi untuk segala tindakan yang dilakukannya. Referensi terdekat yang bisa dilihat anak adalah orang tuanya. Terlalu banyak memberikan pilihan tidak akan baik untuk anak. Anak butuh kepastian dalam bertindak. Terlalu banyak pilihan akan membuat anak kebingungan dalam bertindak. Jikapun harus memberi pilihan, berikan hanya dua atau tidak maksimal. Jangan berikan pilihan terlalu banyak terutama yang bersifat abstrak. Misalnya menanyakan menu untuk sarapan? Mencari tempat main di luar rumah. Hal ini membingungkan buat anak karena ia harus berpikir, mencari kemudian memutuskan pada pilihan sesuai dirinya. Buat mereka akan sangat membingungkan. Beda jika anaknya sudah berada di tahap jenjang 14-21.  

4. Berikan Penghargaan
Untuk beberapa anak, penghargaan bisa memberikan efek positif tetapi adakalanya juga berefek negatif. Misalnya anak menjadi manipulatif karena terlalu sering diberi pujian atau penghargaan. Berikan penghargaan secukupnya atas pencapaian seorang anak. Pengalaman baru buat anak akan menjadi sebuah pelajaran yang akan tertanam dalam dirinya. Mendapatkan pengalaman baru ini sulit buat anak, jika berhasil maka memberikan penghargaan atas capaian ini sangatlah sepadan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Membangun Rasa Hormat Pada Anak"

Posting Komentar