Mendongeng Kisah Buaya dan Kerbau

There's always room for a story that can transport people to another place".  -J.K. Rowling

Mendongeng di kelas adalah salah satu hal yang menyenangkan buat saya. Kerja keras mengingatkan teks, dialog, dan alur yang berat terbayar oleh antusiasme siswa saat mendengarkannya. Menggunakan dongeng adalah salah satu kekhasan Sekolah Waldorf. Biasanya dongeng disesuaikan dengan tema yang sedang berjalan serta jenjang kelas yang sedang diampu.
Tidak semua dongeng bisa diambil buat pengantar pelajaran atau menutup kegiatan. Guru harus benar-benar menyeleksi kebutuhan dongeng sesuai dengan jenjangnya.
Salah satu dongeng yang pernah saya ceritakan di kelas adalah Kisah Buaya dan Kerbau. Kisah ini tertanam kuat dalam memori saya sejak lama karena diceritakan waktu saya kecil oleh ibu sebelum tidur.
Inilah dongeng yang saya cerita kembali pada kegiatan di Sekolah Arunika Waldorf.

Kerbau dan Kancil

.............................................................................
Suatu hari si kancil sedang berjalan-jalan di pinggir hutan.Karena merasa haus,si kancil menuju sungai untuk minum.
Ketika si kancil sedang asik minum, tiba-tiba dia mendengar suara rintihan kesakitan. Si kancil pun mencari dari mana arah suara itu berasal.
Ternyata suara itu adalah suara pak kerbau yang kesakitan.Si kancil melihat kaki pak kerbau di gigit oleh buaya. Si kancilpun mendekati mereka untuk mencari tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka.
Selamat pagi pak buaya. Kalian sedang bermain apa? Apa aku boleh ikut". Sapa kancil berlagak bodoh.
"Selamat pagi juga cil.." Jawab buaya.
"Yah..Selamat pagi juga cil. Kami tidak sedang bermain, tapi si buaya ingin memakanku cil. Padahal aku telah menolongnya, tapi malah dia ingin memakanku. Malang benar nasibku cil..". Jawab pak kerbau dengan lemas.
"Tunggu..Tunggu..Aku tak mengerti. Bisa kalian ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Biar aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian". Kata kancil.
Lalu pak kerbau pun bercerita.
Pada waktu pak kerbau ke sungai untuk minum, dia melihat pak buaya yang sedang kesakitan. Buaya itu tertimpa oleh sebatang pohon yang tumbang,hingga buaya itu terjebak dan tak bisa melepaskan diri. Karena merasa kasihan, pak kerbau pun menolongnya. Dia menggeser pohon itu, dia dorong dengan tanduknya yang kuat hingga buaya itu dapat lepas. Tapi setelah buaya itu bebas,dia malah langsung menggigit kaki pak kerbau dan berniat memakannya.
Si kancil hanya bisa manggut-manggut mendengar cerita kerbau malang itu, otaknya berfikir keras untuk bisa membantu kerbau yang malang itu dari gigitan pak buaya.
"hmm..Jadi ceritanya begitu. Apakah cerita itu benar pak buaya?". Tanya kancil pada buaya.Kini dia telah menemukan sebuah ide.
"Benar itu cil..Tapi aku juga tak bisa di salahkan. Aku sudah terjebak selama tiga hari, dan tak makan apa-apa. Aku sangat lapar. Katanya si kerbau mau menolong ku. Bukankah menolong itu harus tuntas? Tidak boleh setengah-setengah. Karena aku juga lapar, berarti dia juga harus mau menolong ku biar aku tak mati kelaparan kan? Makanya dia harus mau aku makan..". Kata buaya berusaha membenarkan tindakannya.
"Wah.. Benar katamu pak buaya. Berarti kamu tidak salah jika ingin memakan pak kerbau. Soalnya menolong itu memang harus sampai tuntas". Kata kancil.
Pak kerbau pun langsung lemas mendengar jawaban kancil yang membela buaya. Padahal dia berharap keadilan, dan dia mengharapkan si kancil mau membelanya agar bisa lepas.
Sedangkan si buaya sangat senang karena merasa di bela.Dia sangat gembira karena kini tak ada lagi yang akan mencegahnya untuk memakan si kerbau.
"Tapi aku masih belum terlalu yakin kalau cuma lewat cerita saja.Untuk lebih meyakinkan bahwa pak buaya yang benar,maka kita harus melakukan reka adegan". Kata kancil lagi.
"Maksud mu bagaimana cil..?".Tanya pak buaya.
"Begini pak buaya. Kita harus mengulang kejadian waktu kerbau menolongmu. Semua diulang dari awal kejadian ketika kamu tertimpa pohon dan kerbau datang untuk menolong mu". Kata kancil menjelaskan.
"Maksudmu aku harus melepaskan gigitan ku dulu dan aku kembali di timpa dengan pohon?Wah..Aku tak mau.. Nanti si kerbau malah melarikan diri..". Kata buaya keberatan.
"Jangan hawatir pak buaya. Aku akan menjaganya,kan aku ada di pihakmu. Dan lagi dengan kaki luka, mana mungkin dia bisa lari?". Kata kancil berusaha meyakinkan.
"hmm..Baiklah kalau begitu, aku setuju.Tapi kamu harus benar-benar menjaganya agar tak melarikan diri". Kata buaya setuju.
"Beres..Serahkan saja semua padaku. Lari ku kan lebih cepat dari pada pak kerbau. Bagaimana denganmu pak kerbau? Apa kau juga setuju?".
Pak kerbau hanya mengangguk lemah, dia sudah pasrah pada nasib yang akan menimpa. Dia hanya bisa sabar, dan hatinya tak henti-henti berdo'a agar yang maha kuasa memberinya keadilan.
Reka adegan pun dimulai. Si buaya kembali ke tempat dia tertimpa pohon, dan pak kerbau kembali mendorong pohon itu menindih tubuh buaya seperti semula.
Setelah yakin buaya tak bisa lagi terlepas, si kancil pun dengan cepat mengajak pak kerbau untuk lari. Dan kerbau pun melarikan diri bersama kancil.
Buaya akhirnya sadar bahwa kancil telah berhasil menipunya. Kini dia menyadari bahwa dirinya salah. Dia berteriak meminta maaf dan meminta tolong agar kerbau mau membebaskannya.
Tapi semua sudah terlambat. Si buaya hanya dapat menyesali semua perbuatanya. Namun sesal kemudian tidaklah berguna.



Klub Rabu Sore Sekolah Arunika Waldorf 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mendongeng Kisah Buaya dan Kerbau"

Posting Komentar