Bencana Plastik di Bumi Kita

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them (Albert Einstein)

Dulu, ketika plastik pertama kali diciptakan orang mungkin tidak akan mengira bahwa dampaknya bisa sebesar sekarang. Orang menganggap bahwa penemuan ini yang terbesar untuk membantu manusia. Misalnya mengemas barang-barang, membikin aneka bentuk yang mudah dan awet, dan keunggulan-keunggulan lainnya yang menyertai kehadiran plastik di muka bumi ini. 

Seiring waktu, plastik semakin banyak sementara proses penguraiannya memakan waktu hingga ratusan tahun. Barang yang baru dipakai tak mampu diserap oleh bumi menjadi material lain. Ia tetap plastik sebagaimana adanya. Tanah, air, dan udara tak mampu mereduksi plastik menjadi lebur bersamanya. 


Bencana plastik di Bumi kita 
Dampak Mengerikan

Ingat lautan sampah, ingat sungai sampai di Citarum, ingat para hewan yang tak mampu membedakan antara plastik dengan ubur-ubur. Ingatan ini benarh-benar memukul kita semua tentang kesadaran lingkungan yang masih rendah. 

Paus Sperma yang mati di Wakatobi beberapa waktu yang lalu membuat miris karena hampir seluruh perutnya berisi aneka bentuk barang dengan bahan utama plastik. Jaring, sendal jepit, cangkir, kantong kresek, dan masih banyak lagi dalam jumlah yang tidak sedikit. Plastik membunuh Paus! Kita yang membunuh paus itu sebenarnya jika masih membuang sampah plastik khususnya dengan sembarangan. 
Sampah dalam perut paus (sumber kompas)

Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Menghindari plastik adalah jawaban atas permasalahan yang makin besar. Biasanya peredaran plastik paling besar terjadi di barang-barang yang dikemas. Baik itu makanan jadi atau bahan makanan. Memang terlihat ribet untuk memulai membawa wadah makanan sendiri tapi percayalah jika dilakukan secara bertahap dengan kesadaran lingkungan yang tinggi, membawa wadah-wadah makanan, kantong belanjaan, tempat air minum, sedotan besi atau bambu, akan terasa biasa saja. 

Kita bisa membantu kehidupan yang lebih dari hal biasa saja. Membawa segala sesuatu yang mungkin terasa berat tapi justeru meringankan beban lingkungan untuk mereduksi sampah hasil konsumsi kita. 

Kendali ada dalam tangan kita semua. Tinggal bagaimana kita mau, mampu, dan menjadi kebiasaan saja. Ramah lingkungan dimulai dari cara berpikir kemudian turun menjadi tindakan. Mudah-mudahan semakin banyak orang yang peduli maka semakin terlindungi lingkungan kita. Tidak ada lagi paus yang mati karena plastik, burung yang terjerat plastik, penyu yang terlilit tali plastik. 

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Bencana Plastik di Bumi Kita"

  1. Salam kenal. Meski gak mudah, kita semua bisa kok mengubah ketergantungan terhadap pemakaian plastik. Semoga semua jadi tergerak ya. Nggak tega liat binatang di laut menderita. Aku sekarang kalo ngelewatin tukang jualan minuman sachet bawaannya udah sedih aja. Mudah-mudahan banyak yang mendaur ulang kemasannya menjadi sesuatu yang bermanfaat ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga, demikian kita berharap semoga makin banyak yang sadar lingkungan

      Hapus