Mengenal Pendidikan Waldorf di Indonesia

"Our highest endeavor must be to develop free human beings who are able of themselves to impart purpose and direction to their lives. The need for imagination, a sense of truth, and a feeling of responsibility—these three forces are the very nerve of education" (Rudolf Steiner)

Ketika saya membaca bukunya Ki Hajar Dewantara, ada beberapa catatan yang dibuat dengan bentuk poin-poin. Kali ini saya ingin menuliskan beberapa poin penting seputar pendidikan waldorf. 

Inilah beberapa poin singkat perihal pendidikan waldorf. Karena semesta pendidikan waldorf itu sangat luas, tidak salahnya untuk mengupas dalam beberapa seri tulisan ke depan.

1. Pendidikan Waldorf adalah salah satu pendekatan alternatif dalam mendidik yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner di Jerman. Pada tahun 1919. Ia adalah seorang ilmuwan, filsuf, dan tokoh antroposofi yang pada awalnya diminta membuat sekolah oleh pemilik industri rokok yang ada di Waldorf Astoria.  Ia menyanggupi dengan catatan diberikan keluasan dalam menentukan kurikulum sesuai perkembangan anak. Sekolah harus bebas dari intervensi siapapun baik itu pemerintah maupun pihak lain. Awalnya sekolah ini hanya ditujukan untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja di perusahaan tersebut. Seiring waktu, sekolah waldorf berkembang sampai ke beberapa negara termasuk Indonesia. Di beberapa tempat disebut juga Sekolah Steiner atau Steiner School.

2. Di Indonesia, sekolah waldorf sudah ada sejak tahun 1930-an. Salah satu sekolah waldorf pertama itu berdiri di Bandung tahun 1934. Namun karena suasana perang dunia dan segala yang terjadi pada masa itu akhirnya sekolah ini tenggelam di telan masa. Baru akhir-akhir ini, beberapa komunitas belajar waldorf bermunculan dan menginisiasi sekolah Waldorf. Misalnya di Bandung lahirlah Taman Kanak-kanak Jagad Alit yang kemudian hadir juga Sekolah Arunika Waldorf. Di beberapa tempat juga mulai bermunculan seperti di Bali, Jakarta, Balikpapan, Solo, dan Bogor.



Sekolah Waldorf

3. Dalam filosofi pendidikannya, sekolah waldorf adalah sekolah yang holistik. Pembelajarannya tidak sekadar mengutamakan keterampilan kognitif tapi juga keterampilan fisik, seni, musik, rupa, dan keterampilan lainnya yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi pembelajaran yang asyik untuk anak-anak. Bisa selaras dengan fase atau tahap perkembangan anak dalam usianya.



4. Tahap perkembangan ini menjadi salah satu acuan dasar dalam mendidik. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar ini digambarkan oleh Rudolf Steiner di antaranya adalah "two fold, three fold, and four fold of human being". Kali ini saya mau loncat ke bagian three fold of human being karena ini selalu menjadi dasar acuan dalam tahap pendidikan anak.

5. Tahap pertama 0-7 tahun. Tahap ini adalah tahap di mana anak pertama kali lahir ke dunia ini. Maka untuk mendukung kehidupannya penting untuk mengetahui bahwa dunia ini baik. Dunia ini aman, dunia ini bisa anak kenali dengan bebas. Anak belajar lewat proses imitasi pada lingkungan sekitarnya. Penting untuk orang dewasa melakukan kebaikan, lewat interaksi dengan siapapun di dunia karena akan ditiru oleh anak. Penting juga kepada orang dewasa untuk membuat anak-anak merasa aman bermain di dunia ini.  Masa pertengahan anak kemudian masuk TK. Maka yakinkan TK yang dimasuki anak itu adalah TK yang baik, indah, dan guru-gurunya bekerja dengan welas asih seperti penuh cinta dan kehangatan. Di tahap ini, anak menumbuhkan "Will" atau karsa.

6. Tahap 7-14 tahun. Pada tahap ini anak-anak sudah memasuki masa Sekolah Dasar. Secara naluriah, di tahap ini anak-anak belajar melalui imajinasi. Imajinasi anak dipupuk lewat kegiatan sehari-hari di kelas. Guru menanamkan keindahan lewat aktivitas kesehariannya di dalam kelas maupun di luar kelas. Jika sebelumnya anak menumbuhkan Will, di tahap ini anak menumbuhkan feeling atau rasa. Rasa ini diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang dihantarkan melalui karya seni sehingga anak terbiasa menghasilkan keindahan dan berkutat dengan indahnya dunia. Lihat karya seni anak-anak sekolah waldorf itu sungguh sangat menghangatkan jiwa.

7. Tahapan selanjutnya adalah 14-21 tahun. Pada tahap ini pembelajaran banyak mengolah thinking. Anak-anak pada masa ini mulai kritis pada lingkungan sekitarnya karena tumbuh idealisme yang menurut dirinya harus dikejar dalam hidup. Guru yang tepat mengajar di tahap ini adalah guru-guru yang memiliki kecintaan belajar pada bidangnya. Mereka guru-guru yang passionate. Guru yang memiliki idealisme dan penuh gairah dalam mengajar. Pada tahap ini anak mengembangkan akal (thinking) yang kreatif sebagai transformasi imajinasi yang terpupuk dan terolah matang pada tahap sebelumnya. Hal ini karena ia akan dihadapkan pada dunia yang benar dan jujur. 

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Mengenal Pendidikan Waldorf di Indonesia"