Mengamati Sisi Lain Proyek Drainase Dan Trotoar di Kota Bandung

Mengamati Sisi Lain Proyek Drainase Dan Trotoar di Kota Bandung

Jalan Setiabudi menjadi sangat macet jika pagi hari dan sore hari. Dari arah Ledeng menuju Cihampelas tersendat di ujung pertemuan antara Jalan Setiabudi dan Jalan Cihampelas. Dari arah Cipaganti belok ke arah Jalan Setiabudi juga sama karena terjadi penyempitan. 

Adalah proyek renovasi gorong-gorong dan trotoar yang sedang dilaksanakan akhir-akhir ini penyebab macetnya jalan tersebut. Biasanya saya melewati pagi dan sore dengan lancar tapi kali ini butuh sampai 10-20 menit untuk hanya melewati jalan yang saya kenal ada radionya, Radio Rase.
Pembangunan Trotoar di Kota Bandung (iden)

Ada hal penting yang perlu diperhatikan kenapa proyek drainase ini menarik saya tuliskan. Antara lain:

  1. Drainase adalah salah satu aspek terpenting dalam pembangunan jalan. Jalan yang bagus salah satu indikatornya adalah air tidak melimpah ke badan jalan. Ketika air tidak melimpah, kendaraan akan aman melintasi jalan rasa.
  1. Trotoar memiliki dua peran penting sebagai estetika kota dan juga sebagai media bersosialisasi warga. Baik berolahraga atau jalan kaki. Trotoar yang baik mampu menjamin keamanan pejalan kaki. Tidak akan ada lagi yang terperosok masuk lubang gorong-gorong seperti yang dialami oleh turis dari Belanda di jalan Dago.
  1. Pemeliharaan Saluran. Saluran drainase yang setiap saat teraliri air membutuhkan perawatan yang rutin. Jika tidak dirawat, penumpukan sedimen di bagian-bagian tertentu akan menyebabkan terjadinya penyumbatan. Sampah yang terbawa aliran kemudian tersangkut lama-lama menutupi saluran. Jika saluran tertutupi lalu air meluber ke jalan. Jalan yang terus menerus kena air bisa membuat lapisan aspalnya terkelupas. Ya sudah kalau banjir, jalan terkelupas, biaya perawatan menjadi semakin mahal.
Kabel di dalam gorong-gorong (iden)


Dari tiga hal di atas saya melihat sisi lain yang kontras dalam pembangunan gorong-gorong di Kota Bandung. Inilah sisi-sisi lain yang saya amati selama pelaksanaan:

  1. Proyek gorong-gorong salah memilih waktu. Melaksanakan proyek yang berhubungan dengan air di musim hujan adalah kesalahan besar. Air hujan menjadi halangan yang besar karena proyek akan dialiri air hujan yang sudah biasa lewat. Alhasil, beberapa kali pekerjaan tertunda dan adukan semen yang basah bisa terbuang sia-sia. Banjir ke jalan menjadi risiko pengendara karena air diarahkan tidak masuk gorong-gorong. 
  2. Tidak seimbang antara proses cut and fill. Selepas menggali tidak langsung dibarengi dengan proses membuang tanah galian atau mengangkut tanah galian. Alhasil, tanah menumpuk di pinggir jalan. Jalan raya menjadi sempit, rujit, dan semrawut. Biasanya akan ada yang bilang, "ini kan proses pembangunan, semrawut sebentar harap maklum". Sayangnya, coba lihat proses pembangunan atau renovasi konstruksi jalan di luar negeri, Singapura contohnya. Setiap kali ada galian maka saat itu akan langsung ada mobil pengangkut tanah. Hasilnya tidak ada gangguan umum selama proyek berlangsung. Coba kalau pas digali langsung angkut. Pasti semua senang.
  3. Kenapa proyek gorong-gorong dan trotoar ini tidak sekalian mengalihkan jalur kabel di atas ke bawah tanah? Kan bisa efektif jika dilaksanakan sekalian. Istilahnya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kabel-kabel yang mengganggu di atas membuat semrawut langit kota Bandung. Setiap kali memoto gedung bersejarah jadi tak menarik karena semrawutnya kabel-kabel yang melintang. 
  4. Kalau misalnya beberapa bulan lagi ada gangguan jaringan kabel fiber seluler, apakah trotoar akan kembali 'cantik' seperti yang dibayangkan? Dari pengalaman saya mengamati galian-galian kabel, biasanya trotoar rusak dan ditutupi seadanya. Cek di jalan Simpanh Dago. Harusnya ada koordinasi antar pengusaha jaringan fiber agar tidak saling bongkar setiap kali ada kerusakan.

Di luar itu semua, saya tetap mengapreasi para pekerja lapangan  yang membongkar beton, menggali saluran baru karena saluran lama sudah terkubur. Di jalan Setiabudi tepatnya di belokan selepas arah ke Hegarmanah, saya melihat pekerja membongkar/membuat saluran drainase baru sampai belokan arah ke Gandok. Untuk mereka yang terus bekerja keras, untuk mereka yang tak pernah mengeluh, saya berikan apresiasi terbesar dari seluruh warga kota.



Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Mengamati Sisi Lain Proyek Drainase Dan Trotoar di Kota Bandung"

  1. Di tempatku juga begitu, maaih dalam tahap perombakan, sdh 1 mggu tidak bisa lewat

    BalasHapus
  2. bukan salah memilih waktu mas
    tapi waktu buat ngabisin anggaran mau habis
    dan itu pas musim hujan
    heuheu

    BalasHapus
  3. ditempat saya juga begini, di medan, musim hujan bikin gorong2, kemudian tanah galian ditumpuk dipinggir jalan, jadi makin sempit jalanan, kalau sudah hujan air bercampur tanah menjadi tanah lembek yang kadang bikin ban nyungsep dan berbahaya

    BalasHapus