Demokrasi Gembira Yang Baik, Lucu, Menggemaskan, dan Asyik

"The life of this world is nothing but the harmony of opposites" (Rumi)

Pagi hari di Sabtu yang cerah tanggal 2 Februari 2019 berkumpul para seniman dari Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya di Teras Cikapundung. Matahari tidak malu-malu menampakan dirinya dan angin tak ragu menggerakan daun dan ranting. Air sungai Cikapundung pun demikian mengalir damai tanpa ada hambatan. Tersebutlah beberapa seniman berkumpul dengan hati senang. Budi Rahayu Tamsyah, Gusjur Mahesa, Wawan Husin, dan Iman Soleh serta seniman lainnya menghadirkan seutuh dirinya untuk acara yang digagas oleh Guru Join atau Gabungan Relawan Alumni UPI untuk Jokowi-Ma’ruf Amin. Kata kang Wawan Husin, singkatan yang menariknya justru GURAU bukan Guru Join. Ini adalah kali pertama saya menghadiri kegiatan rada panas untuk ukuran saat ini karena berhubungan dengan salah satu pasangan calon presiden Indonesia.

Wawan Husin datang lebih awal. Dengan pakaian Sunda khasnya ia berjalan-jalan di sekeliling teras Cikapundung. Saya melihatnya dari jauh dan menyapa ketika ia sudah mendekati lokasi berkumpul. Saya menaruh hormat sebesar-besarnya kepada Wawan Husin yang saya panggil dengan Akang. Penuh hormat atas dedikasi beliau pada kehidupan ini.

Selang beberapa menit kemudian, Budi Rahayu Tamsyah datang. Khusus dari Purwakarta tepatnya di Wanayasa ia sengaja datang menghadiri acara tersebut. Budi Rahayu Tamsyah saya kenali tapi tidak pakai banget karena tidak pernah sezaman sama dia. Saya kenal kala reuni Isola Pos beberapa tahun yang lalu. Kenal dalam juga dari tulisan-tulisan yang ia sebar di media baik media cetak ataupun elektronik.



Gusjur Mahesa
Tak berselang lama, Gusjur Mahesa datang bersama istrinya. Seperti biasa ia langsung guyon dengan sejawatnya dari kalangan seniman termasuk dengan Wawan Husin.

Ada satu pesan yang selalu saya ingat dari Wawan Husin ketika ia guyon dengan Gusjur. "Awas kamu jangan serius! Kita ini sudah kehilangan kesempatan-kesempatan lucu. Pertahankan itu garis lucu. Kamu gak boleh melawan api dengan api. Kita gak usah melawan siapapun. Kita butuh orang-orang yang menyirami panasnya suhu politik ini dengan guyonan. Guyonan mu sangat dibutuhkan!"



Wawan Husin
Gusjur Mahesa dengan khidmat menyimak paparan guru yang layak seperti orang tuanya sendiri.

Memasuki acara inti dengan guyonan khas seniman sungguh sangat menghibur. Iyah! Ini demokrasi gembira. Bukan demokrasi manut-manut saja, bukan demokrasi penuh kekerasan. Bukan demokrasi yang ujungnya menghakimi orang lain. Ini benar-benar sangat menghibur saya. Takjub pada puisi yang dibawakan oleh Imam Soleh dan Gusjur Mahesa. Saya menikmati dan meresapinya sehingga tak mampu untuk menuliskannya. Cukup saya nikmati saat itu saja. Kalau kamu ingin tahu, datangi forum-forum sastra biar terasa langsung sensasinya.

Nah, seniman yang hatinya bersih dan pemikiran terbuka sangat sulit untuk digiring ke arah politik A atau B atau C. Ia punya sikap sendiri. Pilihan mereka pasti atas dasar hati nurani dan kebaikan. Kecuali seniman-seniman yang sudah dibeli oleh penguasa. Seniman-seniman murni saya yakin bersikap merdeka dari intervensi siapapun dan intervensi apapun.
Jika mereka kemudian memilih, itulah yang terbaik karena didasari oleh hati nurani dan kebaikan dari pribadi calon yang dipilihnya.

Pesan Harmonisasi

Setiap orang yang datang diberi seperangkat alat melukis yakni kuas, cat, dan kanvas. Buat saya ini sangat uwow sekali karena diberi ruang untuk mengekspresikan diri. Ekspresi diri saat ini yang katanya tertahan bisa membuat badan kita tidak sehat. Beda jika kita mampu melepaskannya dengan baik maka segala energi negatif bisa mengalir keluar dan energi positif saling mengisi satu sama lain dengan harmonis.




Harmonisasi (Iden Wildensyah)
Iya! Saya hanya berpikir dan merasa tentang harmonis selama kegiatan berlangsung. Dari paparan dan petuah-petuah para seniman yang datang saya dapatkan poin harmonisasi ini sangat kuat. Abaikan masalah dukung mendukung, jika kita mampu mengharmoniskan semua maka jalan kebaikan bisa terwujud. Salah satunya karena kita tidak memaksakan kehendak dengan dalil apapun atau ancaman-ancaman lainnya.

Menghargai satu sama lain dengan tidak menyebarkan berita bohong atau hoax adalah salah satu bentuk kebaikan saat ini. Jangan dikira bahwa akademisi bisa termakan hoax. Banyak guru besar yang tanpa sadar termakan hoax sampai kemudian ia tak sadar turut serta menyebarkan hoax.

Harmonisasi dalam diri itu penting. Dari dalam diri yang harmonis akan hadir keputusan-keputusan yang jernih. Termasuk memilih presiden yang baik untuk Indonesia.
Saya sedang belajar mengharmonisasi segala sesuatu maka karya saya siang itu tentang harmonisasi.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Demokrasi Gembira Yang Baik, Lucu, Menggemaskan, dan Asyik"

  1. Nah ini baru okee.. menyampaikan aspirasi dengan cara tanpa gontok-gontokan apalagi anarkis. Demokrasi dengan seni dan mempertahankan garis lucu.

    BalasHapus
  2. bener apa yang dikatakan kata mbk dewi aprilina .. sampaikan lah aspirassi dengan tertib dan menghindari cara kegaduhan, apalagi dengan cara yang anarki

    BalasHapus