Dinamika Bermain Kelereng

The creation of something new is not accomplished by the intellect but by the play instinct.” Carl Jung

Enam orang anak bermain di lapangan tanah dekat rumah mereka. Lapangan yang berukuran sekitar 6 x 3 itu cukup untuk bermain kelereng. Permainan yang mereka biasa lakukan selepas sekolah. 

Bermain Kelereng

Bersama-sama membuat jarak lempar terlebih dahulu. Setelah cukup, jarak yang sudah disepakati kemudian diberi garis penanda. Selanjutnya adalah membuat lingkaran tepat di tengah-tengah sebagai kalang atau tempat menaruh kelereng sesuai kesepakatan. Misalnya menaruh masing-masing dua kelereng. Jika ada enam pemain, maka terkumpul dua belas kelereng di kalang tersebut. Pemenang berhak mengambil semua kelereng yang ada di kalang.

Seorang dari mereka kemudian melemparkan kelerengnya. Diikuti giliran orang kedua, ketiga, dst sampai habis dan kembali ke giliran awal. Mereka bermain dengan senang. Sesekali terdengar seorang bersuara keras memberi ketegasan. Misalnya ia merasa ada temannya yang bermain curang. Teman lainnya kemudian membela atau juga sama-sama mengatakan curang. Jika ia merasa tidak bermain curang, ia akan bertahan untuk mengatakan bahwa ia tidak bertindak curang.

Walau demikian, permainan terus berjalan. Kadang sambil menggerutu, mereka tetap melanjutkan permainan. Mereka merasakan kesenangan saat berhasil menuntaskan permainan. Bagi yang memenangi permainan, ia akan terus bersemangat bermain. Bagi mereka yang kalah, mereka juga tetap bersemangat untuk memenangi dan mengambil kembali kelereng yang sudah ada di tangan pemenang. Tentu saja lewat permainan lagi.

Keenam anak yang bermain kelereng itu tak terganggu kehadiran orang dewasa yang lewat. Mereka bergembira bersama. Dan yang terutama menarik adalah mereka belajar lewat permainan!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dinamika Bermain Kelereng "

Posting Komentar