Salah Kaprah Antara Membaca Peta Dan Hapalan Peta Buta

Membaca tulisan Irfan Amalee di Madina (Madina: sayangnya majalah ini berhenti terbit beberapa tahun yang lalu) tentang Budaya Membaca Peta, mengingatkan saya pada sebuah pelajaran tentang peta buta di Sekolah. Pelajaran ini hanya bagian terkecil saja dari cara belajar yang tidak tepat yang diajarkan. Seperti yang dituliskan Irfan, Membaca peta adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi membaca, berpikir, menganalisis dan men-digest sebuah informasi. Buta-baca-peta akan menyebabkan ”greget” dari sebuah informasi gagal tersampaikan.

Dalam setiap kesempatan, saya selalu menyampaikan pentingnya kegiatan baca dan tulis ini kepada anak-anak di sekolah. Jika melihat data, literasi kita sangat menyedihkan. Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 saja terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut. Sementara Vietnam justru menempati urutan ke-20 besar. Saya tidak tahu data tahun 2017 sekarang, bisa jadi masih rendah jika tidak ada upaya dari semua pihak untuk meningkatkan minat baca dan tulis di semua kalangan.



Membaca Peta vs Peta Buta

Membaca peta erat kaitannya dengan cara belajar serta minat membaca. Fakta minat baca masyarakat Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat keempat setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Budaya membaca yang masih rendah dikalangan penduduk Indonesia ini, ditenggarai sebagai alasan mengapa membaca peta sulit. Mungkin juga ada alasan lain yaitu peribahasa “malu bertanya, sesat di jalan”, dengan peribahasa ini membaca peta hanya bagian kecil saja selebihnya bertanya saja dari pada susah-susah membuka peta.

Pelajaran peta buta berfokus pada hapalan, yaitu menghapal lokasi sebuah negara atau kota tanpa petunjuk lain selain kota atau negara terdekat. Sementara membaca peta adalah berpikir, menganalisis dan menyimpulkan baik itu jalur atau lainnya sesuai kebutuhan. Peta buta adalah bukti ketidaktepatan menggunakan alat sebagaimana mestinya alat tersebut berfungsi. Peta adalah alat atau media untuk mengetahui lokasi tempat kita berada serta mencari jalur untuk tujuan yang hendak kita capai. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Bukan sebagai media untuk hapalan. Itulah yang membedakan cara belajar di Indonesia, memposisikan peta sebagai media untuk hapalan bukan sebagai alat.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Salah Kaprah Antara Membaca Peta Dan Hapalan Peta Buta"

  1. Penasaran tentang bagaimana seharusnya membaca peta buta tanpa menghapal atau dg clue negara/ kota terdekat.

    BalasHapus