Musibah Dan Berkah Yang Selalu Beriringan

"Body is purified by water, self (nafs) is purified by tears, intellect is purified by knowledge, and the soul is purified with love" - Imam Ali (AS)


Saya selalu percaya dan yakin bahwa di dunia ini selalu ada selipan-selipan hikmah di balik sebuah peristiwa. Menyisipkan sekecil apapun makna pembelajaran pada kejadian yang menimpa diri sendiri atau orang lain. Belajar melihat sisi lain dari hal yang dialami. 


Siapa sangka musibah bisa menyergap kita sewaktu-waktu. Pada saat kita lengah, musibah datang menghampiri kemudian merangkulnya menjadi sebuah kesatuan. Musibah ada dalam diri kita, menjadi diri kita, dan kita kita tidak bisa mengelaknya bahkan sejengkalpun dari dekapan mesra sang musibah. 


Abaikan teori subjektif danger dan objektif danger yang biasa menjadi patokan para pegiat di alam terbuka untuk mengklasifikasi kehadiran bencana, musibah, atau marabahaya.


Dalam kelengahan, ia tiba-tiba menjelma di hadapan. Hal yang sederhana, sepele, dan biasa saja ternyata menyimpan potensi bahaya yang tidak biasa saja. Terkadang, sebagai pengamat mungkin kita geleng-geleng kepala saja. "Kok bisa?", "masa sih?", "ah gak mungkin?" Dan segala pertanyaan-pertanyaan yang muncul dengan keheranan memenuhi kepala pengamat seketika.


Musibah Yang Datang


Doa terbaik saya kirimkan buat saudara-saudara yang sedang terkena musibah gempa bumi di Lombok. Semoga diberi kesabaran dan ketabahan atas cobaan yang sedang dialaminya. Namun siapa sangka kita yang bergiat seperti biasa saja bisa juga terkena musibah. Sebut saja dari sekadar ujung kuku yang terkena peluru nyasar bisa membuat seseorang meninggal dunia. Kala ia menggaruk kepalanya lalu tepat di ujung kuku jari yang sedang menggaruk datang peluru nyasar. 


Ada juga cerita dari rekan kerja saya yang mengalami musibah kala ia hendak memarkir motornya. Standar yang biasa digunakan untuk membuat motor berdiri dalam keadaan mati tidak berpijak pada landasan yang kuat. Nahas, ia parkir di tempat yang berkontur. Motornya jatuh ke bawah menimpa dirinya yang sudah jatuh duluan. Ia dirawat di sebuah Rumah Sakit untuk memulihkan cedera pada beberapa bagian tubuhnya.


Ketika berjalan di pinggir sungai tanpa alas kaki, jempol kaki saya 'titajong' kena batu yang keras. Kuku jempol kaki belah dan sakit sekali rasanya. Luka dalam kemudian pada beberapa minggu sesudahnya kuku tersebut lepas. Hanya berjalan kaki tanpa alas saja ada musibah yang menjadi pengingat betapa tak kuasanya saya mengendalikan kekuatan. Berkahnya mungkin hanya sebuah refleksi tapi besar artinya buat saya. 


Yah, musibah bisa menimpa siapa saja, kapan saja, di mana saja, dengan apa saja. Benar adanya perintah Tuhan bahwa kita harus selalu mengingatNya dalam kondisi apapun karena musibah juga bisa menerjang kapan pun, di mana pun. Syukur-syukur kita sedang sadar, bayangkan jika sedang tidak sadar. 


Selalu ada dua sisi yang saling melengkapi (photo by iden)


Bukankan musibah datang untuk mengujimu? Ya! Menguji kesadaranmu, menguji kedewasaanmu, menguji kesiapsiagaanmu untuk selalu tetap dekat dengan sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia Yang Maha Kuasa menguji dengan segala hal yang kita mampu untuk melewatinya dengan jalan ketakwaan. Tidak ada ujian yang datang di luar batas kemampuan kita. Maha Besar Allah dengan segala firmanNya. 


Buat siapapun yang terkena musibah, baik skala besar maupun skala kecil, kutitipkan doa terbaik untukmu. Bersyukurlah mendapat cobaan karena itu tanda jika Tuhan sayang padamu. Bersabarlah. Kalau dalam Islam, penolong segala cobaan, musibah, kesusahan, dan ujian kehidupan lainnya adalah dengan sabar dan sholat. Semoga kita termasuk orang yang bersyukur dan selalu diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menerima cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Musibah Dan Berkah Yang Selalu Beriringan"

Posting Komentar