Rekan Perjalanan Terbaik Saat Mendaki Gunung

“You were born with wings, why prefer to crawl through life?” (Rumi) 
#4thofjuly

Saya mengapresiasi siapapun yang mendaki gunung tanpa ukuran ketinggian. Mendaki gunung bukan sekadar berhasil menaklukan ketinggian tetapi lebih dalam dari itu, mendaki gunung adalah tentang menjadi pribadi yang lebih baik. 
Selalu ingat pesan setiap akan melakukan perjalanan jauh, baik itu mendaki gunung, menyusuri pantai, memanjat tebing dan lainnya. Keberhasilan kegiatan semua itu adalah ketika bisa pulang dengan selamat.



 
Dengan demikian, setiap pendakian tidak harus diukur dengan berhasil atau tidaknya sampai puncak. Ada teman yang mengantarkan dirimu sampai pos 1, ada yang sampai pos 2, bahkan sampai pos terdekat menjelang puncak pun ada tapi ia memilih menjaga tenda dan logistik. Buat saya, apa yang dilakukan dia lebih mulia dibandingkan dengan menggapai puncak tapi menjadikan diri kita sombong.

Rekan Perjalanan Terbaik Yang Mandiri

Rekan perjalanan adalah salah satu faktor penentu sukses atau tidaknya sebuah perjalanan. Selektif memilih rekan perjalanan bukan berarti sombong tapi lebih kepada faktor bagaimana kita bisa menikmati setiap momen perjalanan dengan asyik untuk semua.

Saya selalu bilang pada diri sendiri jika hendak melakukan perjalanan jauh semacam mendaki gunung. "Lakukan sendiri secara mandiri, jangan merepotkan orang lain!". Ini kadang membuat seperti terlihat egois tapi memang kenyataannya demikian. Dua hal penting misalnya! 

1. Jika kita tidak bisa mengurus diri sendiri dan berharap orang lain yang menyelesaikan urusan kita, di gunung itu repot, Bray! Segalanya kudu mandiri. Iya, batasannya adalah hal yang menjadi kebutuhan pokok sendiri harus mampu dipenuhi oleh diri kita sendiri. Jangan mengandalkan orang lain. 

2. Kalau tidak bisa mandiri, minimal tidak merepotkan orang lain. Ini mendasar untuk pendaki gunung. Untuk mengurus badan diri sendiri saja kadang kita repot apalagi ngurus badan yang lain. Tanjakan yang tak henti-henti, haus yang terus menyergap, persediaan air yang berkurang, dan lainnya akan menyergap kita sewaktu-waktu. Jadi urus diri sendiri baru orang lain.

Namun, walaupun terkesan egois karena harus mengurus diri sendiri. Kita tetap harus berterimakasih kepada rekan perjalanan yang asyik. Yakni rekan perjalanan yang mandiri, dewasa, lucu, bisa diajak diskusi, dan tidak merepotkan yang lain.

Nah, saya berterima kasih buat rekan-rekan seperjalanan yang selalu mengisi waktu dengan keceriaan hingga capek dan lelah selama perjalanan menjadi tidak terasa.

Pada perjalanan ke Gunung Slamet, saya bersama rekan-rekan dari Kurpala. Sebuah organisasi yang sering disebut sebagai tempatnya para guru petualang. Awalnya saya mau berangkat sendiri namun berubah ketika saya mengetahui bahwa rekan-rekan juga merencanakan perjalanan selepas beres pembagian raport.

Saya mengapresiasi mereka karena tekad dan keinginan kuat untuk mendaki sudah terlihat sejak lama. Semoga diperjalanan selanjutnya kita bisa bersama-sama dengan ketinggian yang 'tipis-tipis' saja dulu. 

Inilah perjalanan bersama mereka!
























Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Rekan Perjalanan Terbaik Saat Mendaki Gunung"

  1. harus penuh tanggung jawab dan tidak takabur ya

    BalasHapus
  2. Saya pny pengalaman pribadi. Gara-gara egois, saya tersesat di belantara gunung Pangrango. Sementara rombongan menuju Gn Gede

    BalasHapus
  3. Tentunya temen yang gak manja dan care batu temen seperjalanan.
    Hati2 juga sama temen yang suka sompral kalau digunung kan gak boleh sompral.

    BalasHapus
  4. Musti berpikiran positif dan selalu mengingat Allah...

    BalasHapus