Tikungan Tajam dan Tanjakan Curam

When the world pushes you to your knees, you’re in the perfect position to pray.” (Rumi)

Di pertigaan jalan antara Jalan Siliwangi dan Jalan Cihampelas, sebuah banner besar terpasang. Isinya tentang permohonan maaf karena akan ada wisuda salah satu perguruan tinggi swasta yang besar di Kota Bandung.

Pagi seperti biasa jika berhenti di lampu merah, pandangan akan diedarkan seluas-luasnya untuk menemukan hal baru.

Banner itulah yang baru buat saya! Warnanya biru dengan sedikit gambar dan tulisan terpampang jelas. Walau untuk ukuran jarak 5 meter lebih, pasti tidak akan terbaca. Ia hanya bisa terbaca dengan jarak dekat. Seperti saat berhenti kendaraan karena lampu merah menyala.

Banner besar tersebut bertuliskan selain permohonan maaf juga dua kalimat pembukanya yakni: 

Kemudahan dan kelancaran tidak selalu ada dalam setiap perjalanan.
Kesabaran dan keteguhan diperlukan untuk mencapai tujuan.

Ya! Dua kalimat itu sangat menarik perhatian sampai lampu hijau menyala dan semua kendaraan melaju. Ia membayangi saya sepanjang perjalanan.

Saya selalu diajari untuk bersiap menerima segala kemungkinan yang datang kepada diri ini setiap waktu. Baik hal yang menyenangkan maupun hal yang tidak menyenangkan.





Refleksi diri

Setiap hari yang dijalani itu laksana mengarungi perjalanan. Ada kalanya lurus tanpa halangan dan rintangan. Ada kalanya berbelok-belok penuh tantangan. Kadang juga menemukan tikungan tajam dan tanjakan curam yang membahayakan.

Jalan lurus bak hal yang menyenangkan. Siapa yang tidak suka dengan hal yang menyenangkan? Semua orang mengejar untuk mendapatkan kesenangan. Baik secara instan dengan memasukkan hal dari luar untuk memacu kesenangannya atau memang dari dalam diri sendiri. Tak sedikit orang kehilangan cara untuk mendapatkan kesenangan dari dalam. Ia butuh alat dari luar untuk membantu mendapatkan kesenangan jiwanya.

Buat saya, kesenangan selalu satu paket dengan ketidaksenangan. Ia akan hadir bisa sepersekian detik setelah mendapatkan kesenangan. Itu pula yang menjadi pesan utama guru spiritual. Bahwa harus selalu mawas diri kala senang atau kala tidak senang.

Jika sedang senang, ingat akan ada ketidaksenangan. Jika sedang tidak menyenangkan, tenang saja akan hadir hal yang menyenangkan.
Pertanyaan saya selalu ke dalam, jika sedang tidak senang maupun sedang senang. Apa ujian sesungguhnya dari semua ini? Jika yang diuji adalah kadar diri kita dalam menyelesaikan masalah, maka selesaikan hal yang belum tuntas agar ujian selanjutnya bisa diambil.

Saya selalu suka membaca refleksi orang-orang yang inspiratif. Bagaimana mereka keluar dari setiap hal yang menimpa dirinya. Bagaimana mereka bersikap pada ketidaknyamanan yang ada.

Saya! Masih belajar sambil sesekali menengok ke belakang dan tidak lupa menertawakan hal berat yang pernah dilalui. Mewaspadai setiap kali menemukan jalan lurus karena bisa saja tiba-tiba ada tikungan tajam di depan. Demikian juga saat menemukan turunan yang minim keluarnya energi, harus waspada di depan ada tanjakan curam yang bikin napas ngos-ngosan.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Tikungan Tajam dan Tanjakan Curam"