Jangan Nonton Film Critical Eleven

Sekali lagi (jangan) Nonton Film Critical Eleven

"“Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa.” (Critical Eleven hlm. 14)

Sejak awal saya menunggu film Critical Eleven dan menghentikan proses membaca menjelang akhir. Tujuannya hanya satu, ingin tahu endingnya lewat film. Itu saja!

Setidaknya ada beberapa hal yang saya sukai dari film Critical Eleven ini. Pertama cerita keluarga setelah menikah, yang keduanya adalah airport. 

Yang kedua ini harus punya catatan spesial dari saya. Bandara adalah sebuah tempat yang memiliki banyak cerita. Persis seperti yang diungkapkan oleh Ika Natasha sang penulis Critical Eleven lewat tokoh Tanya Baskoro. Bandara adalah tempat pertemuan dua rasa buat yang meninggalkan dan untuk yang ditinggalkan. Kenangan dan harapan yang bersatu dalam sebuah tempat. 

Pengeras suara yang memanggil penumpang, deru mesin pesawat, lalu lalang orang yang beraktivitas, etalase toko, tempat istirahat, tempat makan, dan pramugari yang baru datang atau akan berangkat kerja menjadi pemandangan indah. 

Jangan Nonton Film Critical Eleven (iden.web.id)

Walaupun hanya selintas menceritakan kisah di bandara tapi cukup untuk menjadi pengantar cerita yang asyik. Critical eleven seperti yang diceritakan sejatinya bukan kisah 3 menit pertama penerbangan dan 8 menit selanjutnya ketika mendarat. Jika melewati 11 menit tersebut, maka segalanya akan berjalan baik. 11 menit fase kritis ini sejatinya bukan menceritakan kisah pesawat terbang tapi lebih dalam dari hal itu adalah tentang kehidupan manusia.

Yah, ini tentang kehidupan dua orang manusia yang menjalin kasih, menikah, melewati dinamika berat dalam kehidupan rumah tangganya, dan berhasil melewatinya dengan baik. Happy ending! Yah, kisah ini berpihak kepada penonton. Tak rela jika ada yang bersedih sampai selesai film.

Dinamika yang naik turun berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Untuk penonton dewasa, rasanya seperti naik roller coaster melihat dua manusia dalam film Critical Eleven ini. Lelaki akan terbawa oleh Aldebaran Risjad, sementara perempuan siapkan tisu secukupnya untuk mendalami perasaan Tanya Baskoro.

Jika anda tidak siap dan pernah mengalami trauma kehilangan, mending pikir dulu untuk menonton film ini. Reza Rahadian dan Adinia Wirasti tampil tanpa cacat. Mereka berdua all out memerankan tokoh sampai-sampai kita tidak sadar mereka itu hanya aktor dan aktris. Mereka tampil layaknya suami istri beneran yang berjuang mempertahankan pernikahan.

Nah, menarik bukan! Walaupun menarik, buat saya cukup sekali saja nonton film critical eleven ini. Cukup! [Iden Wildensyah]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jangan Nonton Film Critical Eleven"

Posting Komentar