Pikir Ulang Pendidikan Menyenangkan

"Most naughtiness arises because the children are bored and lack a relationship with the teacher" (Rudolf Steiner)

Pada awal bergiat saya menyatakan bahwa pendidikan itu harus menyenangkan. Menyenangkan dalam arti proses pembelajaran di dalam atau di luar kelas harus terbebas dari tekanan siapapun. Baik tekanan guru atau tekanan pihak manapun untuk anak didik. Tekanan hanya akan membuat anak didik menjadi stres untuk bergiat bersama teman-temannya.


Di sisi yang lain, hal yang positif di atas beriringan dengan pemikiran bahwa segala yang dilakukan oleh pendidik harus menyenangkan semua pihak. Baik siswa, sekolah, dan guru. Menyenangkan dalam hal ini menjadi sangat manipulatif karena bisa saja apa yang dilakukan di dalam kelas berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Misalnya guru menjadi menutup-nutupi proses yang terjadi di dalam kelas hanya untuk menyenangkan pihak sekolah (yayasan, pembina, dinas) dan orangtua.




Lebih sulit dan butuh perjuangan untuk menutupi daripada menampilkan keadaan yang sebenarnya terjadi. Ini memang butuh keberanian untuk mengakui jika ada hal yang tidak sesuai dengan kurikulum ideal. Kalau saya secara pribadi untuk sebuah proses belajar, membukakan ke khalayak baik pihak sekolah atau orangtua lebih mudah dan ringan daripada melakukan hanya untuk menyenangkan beberapa pihak saja.


Sekolah Sehat


Rudolf Steiner seorang pemikir yang berperan penting dalam filosofi pendidikan waldorf mengatakan bahwa sekolah harus sehat! Sekolah harus terbebas dari intervensi siapapun termasuk pihak dari dalam ataupun pihak dari luar. 


Sekolah yang sehat bukan hanya dilihat dari permukaan luar saja tapi lebih dalam dari itu sehat jiwa dan raganya. Indikator sehat jiwa dan raga terkadang sulit distandardisasi karena setiap orang memiliki standar sendiri. 


Di beberapa tempat, bentuk mengejawantahkan sekolah sehat ini dilihat dari fasilitas umum seperti taman, toilet, dan kebersihan lingkungan. Dengan fasilitas umum yang distandarisasi sehat maka disimpulkanlah sekolah tersebut sehat.


Sehat jasmani dan rohani adalah bentuk kesehatan sejati yang banyak dikejar banyak orang. Mudah sekali sebenarnya melihat sebuah sekolah itu sehat atau tidak. Saya bisa amati dari proses interaksi antar guru dan siswa, siswa dan siswa, serta guru dan orangtua. Jika salah satu dari ketiga hal tersebut berjalan dinamis dan harmonis, maka secara sekilas bisa dipastikan sekolah tersebut masuk dalam kategori sehat.


Berbeda jika misalnya suasana hubungan antar guru tidak baik, guru dengan murid tidak harmonis. Hubungan komunikasi guru dengan orangtua tidak terjalin baik, saya bisa rasakan vibrasi yang tidak enak biasanya sekolah tersebut belum benar-benar bisa disebut sehat. Guru yang sering marah-marah di kelas ternyata bukan sekadar masalah marahnya yang bisa merusak suasana dengan murid tapi juga dengan lingkungan secara umum. Guru yang sehat tentu bisa membangun suasana positif dalam pendidikan.


Kemampuan guru mengontrol emosinya sangat penting buat kesehatan kelas yang dikelolanya. Bayangkan energi negatif yang akan terus menerus diterima sama siswa jika gurunya marah-marah setiap ada kesalahan kecil dari siswanya. 


Hindari Marah-Marah Agar Tetap Sehat


Pada suatu kali waktu saya pernah menemukan guru yang suka marah-marah. Kadang ia marah untuk satu orang tapi satu kelas menjadi bahan kemarahannya. Alhasil, vibrasi yang ia sebarnya menjadi sangat negatif buat anak didik. Lebih dalam lagi, jika memelihara kemarahan ini sekalipun berhasil disembunyikan akan terus menempel dalam memori bawah sadar anak. 


Sekolah sehat hanya menjadi isapan jempol belaka jika memelihara kemarahan dalam diri guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Nah pertanyaan selanjutnya apakah guru tidak boleh marah?


Guru boleh marah asal tidak marah-marah. Beda antara marah dengan marah-marah. Marah yang positif dilakukan dengan sadar. Hasil pemikiran yang objektif bahwa ini adalah pilihan harus marah untuk menegakan prinsip baik dalam diri anak didik kita. Marah yang kemudian menjadi tidak produktif itu adalah marah yang subjektif dan cenderung emosional. Bayangkan bagaimana menakutkannya jika ada guru yang dengan emosional memarahi anak di kelas. 


Guru harus mampu menjadi teladan bahkan menunjukkan referensi baik jika harus marah. Jelaskan sebaik-baiknya sampai siswa paham dan bisa mengambil pelajaran. Guru diperbolehkan marah pada kondisi-kondisi tertentu asal tetap terjaga dengan tujuan utama memberikan arahan agar siswa kembali pada tujuan yang sedang dibangun bersama-sama.


Pada saat guru marah ini saya yakin kelas tidak berada dalam suasana menyenangkan. Ini suasana yang tidak mengenakkan buat semua pihak. Di sini saya coba kembali pada sekolah menyenangkan itu perlu dipikirulang kembali. Dalam kondisi tertentu tidak semua hal menyenangkan itu baik dalam pendidikan. Sesekali justru pengalaman pahit itulah yang menjadi pelajaran buat semua.  

Kisah Nabi


Saya mau tutup dengan sebuah kisah nabi tentang penting sikap baik pada anak didik di sekolah maupun anak sendiri yang diambil dari buku Lentera Hati karya M. Quraish Shihab.  Ummu Al-Fadhl bercerita: "Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi. Rasul saw kemudian mengambil bayi itu dan menggendongnya. Tiba-tiba sang bayi pipis membasahi pakaian Rasul. Segera saja kurenggut dengan keras bayi itu dari gendongan Rasul. Rasul saw pun menegurku, "Air dapat membersihkan pakaianku. Tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan sang bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?".


Nabi saw sadar bahwa perlakuan demikian dapat berbekas dalam jiwa sang bayi yang dapat menimbulkan rasa rendah diri yang dibawanya hingga dewasa. Bukankah sebagian besar komplek kejiwaan dapat dikembalikan penyebabnya pada pengalaman negatif masa kanak-kanak?


Berapa banyak di antara kita yang memperlakukan anak atau siswa atau anak didik seperti perlakuan Ummu Al-Fadhl? Berapa banyak di antara kita yang tidak membantu terwujudnya iklim pendidikan yang sehat? Mari kita introspeksi diri.


Oh iya mari kita kembali lagi ke sekolah menyenangkan atau sekolah sehat. Buat saya, pilihan pada sekolah yang sehatlah yang rasional. Sekolah yang sehat akan membuat suasana dalam kelas menjadi sehat. Hubungan antar siswa terbangun dengan baik. Antar guru bisa produktif berkarya di sekolah. Komunikasi dengan orangtua akan berjalan lancar. Nah, ingin sehat secara pribadi dan kelas yang dikelola! Jangan marah-marah, say! Gak baik buat kesehatan. Nanti sakit lho!


Ini efek marah yang saya temukan. Infografisnya menarik! 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pikir Ulang Pendidikan Menyenangkan"

Posting Komentar