Cerita Inspiratif Ricky Elson

Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder.” – Rumi 

"When you do thing from your soul, you feel a river moving in you and you feel joy" Rumi

Awalnya saya mau menulis dengan judul Hikayat Ricky Elson agar terlihat menarik dan terkesan masa lampau sekali. Memilih inspiratif karena memang cerita Ricky Elson yang disampaikan pagi hari kala briefing atau malam hari saat evaluasi selalu mengandung makna positif yang perlu saya sebarkan lagi. Jika cerita adalah bibitnya maka menebarkannya akan membuat ia tumbuh di sanubari yang mendengarkannya atau membaca ceritanya.

Ricky Elson dan Mencuci Piring

Siapa sangka dari kegiatan sederhana cuci piring, Ricky Elson mampu mengambil pelajaran hingga membuatnya tumbuh seperti sekarang. 

Ricky Elson kecil diberi tugas khusus oleh ibunya untuk mencuci piring. Diawal-awal ia menggerutu, "kenapa saya harus cuci piring, ini pekerjaan perempuan" dan kekesalan-kekesalan lainnya. 

Seiring waktu, di tengah kekesalan itu mulai muncul perlahan-lahan ide untuk mencuci piring lebih singkat, praktis, dan hemat air. Ketika ia disuruh ke pasar, ia perhatikan penjual lontong sayur yang mencuci puluhan piring dengan air yang sedikit. Maksimal sebut saja satu ember untuk sekali cuci piring kotor. Ia bayangkan ada berapa puluh atau ratus orang yang beli lontong sayur tapi tak butuh banyak air untuk mencucinya. 

Kemudian ia melihat sabut kelapa plus sabun colek untuk membersihkan kotoran, dibilas sebentar lalu simpan. Sangat sederhana tapi hasilnya maksimal. Ia pelajari berbagai jenis sabut kelapa. Jenis-jenis sabut kelapa berbeda tergantung usia kematangan buah kelapanya. Muda, sedang, dan tua, memiliki perbedaan yang signifikan untuk jadi alat pembersih.

Dari cuci piring juga ia bisa mengenali karakter orang berdasarkan sisa makanan yang ada dipiring. Ada orang yang suka menyisakan cabai, ada yang bagian tulang belulangnya disimpan dipinggir, ada yang sisa nasinya tidak habis. Karakter ini menguntungkan buat Ricky Elson. Ia bisa mendapatkan cabai buat yang tidak suka cabai atau bisa mengambil nasi jika tidak dihabiskan. 

"Sini saya ambil cabainya, sini saya habis bagian kepalanya, sini saya ambil bagian pahanya" kurang lebih demikian kalau makan bersama dilakukan dengan keluarganya.

"Jika saya tidak mencuci piring, siapa yang akan membersihkan piring-piring kotor di dapur? Siapa yang mau makan dengan piring kotor?" Ia lakukan dengan sepenuh hati dan membuat dirinya tumbuh kesadaran yang baik.

Ricky Elson, Gapleh, dan Mie Rebus

Di rumah, keluarganya membuka warung. Seperti kebiasaan orang-orang di kampung, pemuda-pemuda ataupun orangtua, banyak berkumpul di warung. Mengopi, mengobrol, main gapleh, dan hal-hal lainnya yang membuat suasana akrab penduduk kampung.

Terkadang, obrolan dan permainan gapleh bisa berlangsung sampai larut malam. Ricky Elson melihat peluang besar dari orang-orang yang masih terjaga sampai malam. Mereka butuh asupan seperti kopi, makanan ringan, dan indomie (sebut saja merek ini walau sebenarnya di atas saya pilih mie rebus). 

Merebus mie dengan telur, cabai, dan bumbu bawaanya ternyata memiliki seni tersendiri buat Ricky Elson. Ia mengatakan "tidak asal rebus lalu aduk-aduk kemudian sajikan". "Mana dulu yang direbus? Bumbunya disatukan pada saat merebus atau nanti, cabainya tambahkan pada saat sedang direbus atau diiris tipis-tipis lalu ditaburkan?" 

Hasilnya, "mie rebus bikinan saya menjadi enak karena saya lakukan dengan sungguh-sungguh. Ditambah seni memasak yang saya pikirkan 'gimana ini biar enak?' Dan tiba-tiba orang mulai memperbincangkan. Efeknya banyak sekali langganan yang senang dengan mie rebus. Ini pentingnya memberikan sentuhan yang mendalam pada apapun yang kita lakukan, pada apapun yang kita kerjakan!"

Gapleh! Karena ia banyak bergaul malam-malam sama mereka yang main gapleh, Ricky Elson akhirnya bisa mempelajari trik-trik, kode-kode, serta hal-hal menarik seputar permainan gapleh. Ia menceritakan "Saya jadi tahu bahasa kode antar mereka yang bermain, bahasa apa yang digunakan untuk mengeluarkan kartu ini itu, gerakan apa yang meminta kartu ini itu. Intinya jika kita mengamati dengan jeli, kita akan tahu hal-hal yang menarik" 

Kincir Angin di Ciheras tempat Ricky Elson berkarya (iden.web.id)

Ricky Elson Menjiwai Baling-Balingnya

Subjudul menjiwai mungkin terasa bombastis tapi inilah pilihan saya. Masih ingat ketika ia mengatakan bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, berikan makna, panjatkan doa maka hasilnya akan memuaskan. 

"Bagaimana saya bisa mematahkan anggapan orang jika baling-baling kincir angin saya hanya bisa bertahan selama 2-3 tahun? Kenyataannya sudah lewat 5 tahun masih bertahan untuk menerangi malam-malam di daerah yang sulit terjangkau listrik" 

"Kalian tahu apa yang saya lakukan? Saat pertama kali memasangnya, saya sampaikan baling-baling, kincir, berputarlah dengan baik. Berikan energi angin ini untuk semesta yang membutuhkan. Teruslah berputar agar mereka menerangi malam-malam di sini" 

Penulis melihat disitulah letak pembeda Ricky Elson yang menjiwai baling-balingnya. Ada tangan-tangan yang bekerja dengan tulus untuk kebaikan orang lain. Tangan-tangan ini yang mengalirkan energi kebaikan semesta pada setiap hal yang dilakukan sepenuh hati. 







Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Cerita Inspiratif Ricky Elson"

  1. Tadinya saya pikir Ricky Elson ini cerita anak inggris, eh kaget pas ada gapleh dan indomienya, Indonesia banget. Tapi ceritanya menginspirasi sih, bahwa kerja keras aja gak cukup, kita juga harus pintar melihat peluang dan terus belajar.

    BalasHapus