Seresah Penahan Air Larian

Sudah menjadi rahasia umum, salah satu fungsi hutan adalah menjaga keseimbangan hidro-orologis. Hutan berperan menaikkan laju resapan air ke dalam tanah sehingga mengurangi konsentrasi aliran air dan risiko banjir dapat diminimalisasi, walaupun terjadi banjir tidak terjadi banjir bandang. Kenaikan laju infiltrasi menyebabkan peningkatan cadangan air tanah di sekitar hutan, yang nantinya dikeluarkan pada musim kemarau sebagai mata air. Jadi secara umum, hutan berfungsi untuk stabilisasi dan optimalisasi aliran air, bukan menambah air (Soemarwoto, 1992).
Di dalam kerapatan hutan terdapat sebuah komponen yang sangat penting yang juga mempunyai peran signifikan bagi konservasi air dan tanah, yaitu seresah. Seresah adalah daun-daun dan ranting yang mati dan terletak di lantai hutan yang rusak. Gulma dan seresah itu dapat mengendalikan air larian dan erosi dengan baik.

Dalam hutan yang utuh, pembuangan tumbuhan bawah, yaitu tumbuhan yang tumbuh di lantai hutan di bawah pohon-pohon, meningkatkan erosi dua kali. Jika yang dibuang tumbuhan bawah dan seresah, erosi naik 40-150 kali. Angka-angka ini tentu tergantung dari jenis dan tebalnya tanah serta kemiringan lereng. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan yang memegang peran penting dalam fungsi hidro-orologi hutan ialah tumbuhan bawah dan seresah. Dengan proses suksesi rumput (belukar) pohon, fungsi itu makin sempurna. Haruslah dicatat bahwa fungsi utama hidro-orologi bukanlah dilakukan oleh pohon, melainkan oleh seresah yang ada di lantai hutan dan tumbuhan bawah. Bahkan, tanpa seresah dan tumbuhan bawah pohon justru memperbesar erosi.

Menurut Chay Asdak dari Lembaga Ekologi, melaporkan bahwa pembersihan seresah dan tumbuhan bawah di bawah tegakan Acacia auriculiformis di Ubrug, Jatiluhur telah meningkatkan erosi 15 hingga 50 kali lebih besar daripada keadaan sebelum dibersihkan. Sebaliknya, dengan menambah bahan organik (seresah) pada tanah terbuka, dapat menurunkan besarnya erosi hingga 86%. Dengan demikian apabila tumbuhan bawah dan seresah dalam suatu tegakan hutan dihilangkan, yang mengakibatkan tanah menjadi terbuka bagi tetesan-tetesan air hujan langsung dari tajuk pohon di atasnya, "hutan" menjadi kondusif bagi peningkatan air larian dan erosi, meskipun penutupan tajuk tegakan hutan tersebut termasuk besar. Hal ini dapat kita lihat juga, misalnya, di bawah pohon rambutan yang tumbuh di pekarangan tanpa adanya tumbuhan bawah dan seresah di bawahnya.

Tanah di atas akar pohon itu tererosi sehingga akar itu nampak di atas tanah. Erosi yang lebih besar itu disebabkan karena butir tetesan air hujan yang jatuh dari pohon lebih besar daripada butir tetesan air hujan yang jatuh dari langit. Hutan rusak sebenarnya dapat pulih dengan sendirinya, apabila tidak diganggu lagi. Ini tampak jelas di lahan hutan bekas kebakaran di Kalimantan, misalnya. Jadi, penanggulangan lahan kritis dapat berjalan cepat secara alamiah, asalkan faktor perusakan antropogenik dapat ditiadakan. Alam mampu secara simultan memperbaiki berjuta hektare lahan kritis, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia dengan penanaman pohon yang memakan banyak tenaga dan biaya. Penelitian juga menunjukkan bahwa fungsi hidro-orologi pun dengan cepat dapat pulih. (bersambung)


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Seresah Penahan Air Larian "

Posting Komentar